Jumat, 30 September 2011

risalah rasulullah ( DELLA FITALOKA XI IPA2 )

 Orang Muslim beriman bahwa Nabi yang ummi (buta huruf) Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib Al-Hasyimi Al-Qurasyi Al-Arabi yang berasal dari keturunan Nabi Ismail bin Ibrahim kekasih Allah, adalah hamba Allah Ta’ala dan Rasul-Nya yang diutus kepada seluruh manusia. Kenabiannya menutup seluruh kenabian, dan risalahnya menutup semua risalah. Tidak ada nabi dan rasul sesudah beliau.
Allah Ta’ala menyokong beliau dengan mukjizat-mukjizat, dan melebihkannya atas semua para nabi, sebagaimana Dia melebihkan umatnya atas semua umat. Allah Ta’ala mewajibkan mencintai beliau, mentaati beliau, dan mengikuti beliau. Allah Ta’ala mengkhususkan beliau dengan kekhususan yang tidak diberikan kepada siapa pun, seperti Al-Wasilah, surga Al-Kautsar, telaga di surga dan kedudukan yang tinggi. Orang Muslim menyakini itu semua karena dalil-dalil wahyu dan dalil-dalil akal.
Dalil-Dalil Wahyu
  1. Kesaksian Allah Ta’ala dan para malaikat terhadap wahyu yang diterima Rasulullah saw., Allah SWT berfirman (yang artinya), “(Mereka itu mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi. Cukuplah Allah yang mengakuinya.” (An-Nisa’: 166).
  2. Penjelasan Allah Ta’ala tentang keumuman risalah Rasulullah saw., kenabian ditutup dengan beliau, kewajiban taat kepada beliau, kewajiban mencintai beliau, dan keberadaan beliau sebagai penutup para nabi dalam firman-firman-Nya, diantaranya adalah firman-firman-Nya berikut ini.
    • “Hai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepada kalian dengan (membawa) kebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian.” (An-Nisa’: 170).
    • “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami, menjelaskan kepada kalian ketika terputus (peringatan) rasul-rasul, agar kalian tidak berkata, ‘Tidak datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan.’ Sesungguhnya telah datang kepada kalian pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Al-Maidah: 19).
    • “Dan Kami tidak mengutus kamu, melaikan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’: 107).
    • “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada merka, mencusikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesata yang nyata.” (Al-Jumu’ah: 2).
    • “Muhammad adalah utusan Allah.” (Al-Fath:29)
    • “Mahasuci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.(Al-Furqan: 1).
    • “Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.(Al-Ahzab: 40).
    • “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.(Al-Qamar: 1).
    • “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar.” (Al-Kautsar: 1).
    • “Dan kelak Tuhanmu pasti memeberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi ridha.” (Adh-Dhuha: 5)
    • “Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kam ke tempat yang terpuji.(Al-Isra’: 79)
    • “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya).” (An-Nisa': 59)
    • “Katakanlah, 'Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya'. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (At-Taubah: 24)
    • “Kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)
    • “Dan demikian Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.” (Al-Baqarah: 143)
    • “Katakanlah, ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian’.” (Ali Imran: 31)
  3. Penjelasan Rasulullah saw. tentang kenabiannya, penutupan semua kenabian dengan kenabiannya, kewajiban taat kepadanya, dan keumuman risalah dalam hadits-hadits dan sabda-sabdanya, di antara sabda-sabdanya adalah sebagai berikut ini :
    • “Aku nabi yang tidak berdusta, dan aku anak Abdul Muththalib.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim )
    • “Sesungguhnya aku hamba Allah, dan penutup para nabi. Sesungguhnya Adam dilemparkan ke dalam tanahnya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Hibban yang menshahihkannya)
    • “Perumpamaanku, dan perumpamaan nabi-nabi sebelumku adalah seperti orang yang membangun rumah, dan mempercantiknya kecuali tempat satu batu bata. Orang-orang mengelilingi rumah tersebut merasa takjub padanya dan berkata, ‘Ah, seandainya batu bata telah diletakkan di sini’. Akulah batu bata tersebut, dan penutup para nabi.” (Muttafaq Alaih)
    • “Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, salah seorang dari kalian tidak beriman hingga aku lebih ia cintai daripada anaknya, ayahnya, dan seluruh manusia.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
    • “Semua dari kalian masuk surga kecuali orang yang tidak mau.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang tidak mau masuk surga, wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, ia masuk surga.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
    • “Sesungguhnya risalah dan kenabian telah terputus. Oleh karena itu, tidak ada rasul dan nabi sesudahku.” (Diriwayatkan Ahmad dan At-Tirmidzi yang menshahihkannya)
    • “Aku dilebihkan di atas para nabi dengan enam hal: aku diberi kalimat yang padat makna, aku ditolong dengan ketakutan (yang dimasukkan ke pihak musuh), rampasan perang dihalalkan bagiku, tanah dijadikan sebagai masjid dan tempat suci bagiku, aku diutus kepada semua manusia, dan para nabi ditutup dengan aku.” (Diriwayatkan Muslim dan At-Tirmidzi).
    • “Barang siapa taat kepadaku, ia taat kepada Allah. Barang siapa bermaksiaat kepadaku, ia bermaksiat kepada Allah. Barang siapa taat kepada gubenurku, ia taat kepadaku. Dan barang siapa bermaksiat kepadaa gubenurku, ia bermaksiat kepadaku.” (Diriwayatkan Al-Bukhari)
    • “Sesungguhnya surga diharamkan kepada seluruh nabi hingga aku memasukinya, dan surga diharamkan kepada umat-umat hingga dimasuki umatku.” (Diriwayatkan Ad-Daruquthi. Hadits ini mempunyai banyak sekali jalur yang menjadikannya sebagai hadits hasan).
    • “Jika hari kiamat terjadi, aku imam para nabi, khatib mereka, dan pemilik syafaat mereka. Tidak ada kesombongan dalam hal ini.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
    • “Saya penghulu anak keturunan Adam, orang yang pertama kali terbelah kuburnya pada hari kiamat, orang yang pertama kali memberi syafaat, dan orang-orang yang pertama kali diberi syafaat.” (Diriwayatkan Muslim).
  4. Kesaksian Taurat, dan kesaksian Injil tentang pengutusan Rasulullah saw., risalah beliau, kenabian beliau, dan pemberian berita gembira oleh Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa a.s. tentang kedatangan beliau. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan tentang ucapan Nabi Isa a.s.
    • “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, 'Hai Bani Israel, sesungguhnya aku utusan Allah kepada kalian, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)’.” (Ash-Shaff: 6)
    • “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” (Al-A’raaf: 157).
    • Disebutkan dalam Kitab Taurat: “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi sepertimu dari kalangan saudara-saudara mereka, dan Aku jadikan firman-Ku di mulutnya. Ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan kepadanya. Barang siapa tidak mentaatinya ucapannya yang ia ucapkan dengan nama-Ku, Aku akan menghukumnya.”
    • Berita gembira yang ada pada Taurat sekarang ikut bersaksi atas kenabian Rasulullah saw., risalah beliau, kewajiban mengikuti beliau, dan keharusan taat kepada beliau adalah hujjah bagi orang-orang Yahudi, kendati mereka menafsirkannya aneh-aneh, dan memungkirinya. Firman Allah Ta’ala, “Aku akan mengutus untuk mereka seorang nabi sepertimu.” Itu bersaksi tanpa ragu atas kenabian Rasulullah saw., dan risalah beliau. Sebab, obyek bicara pada firman di atas adalah Nabi Musa a.s. yang merupakan nabi dan rasul. Barang siapa seperti Nabi Musa, maka ia seorang nabi dan seorang rasul. Firman Allah Ta’ala, “dari kalangan saudara-saudara mereka,” secara tegas menyatakan, bahwa orang yang dimaksud ialah Nabi Muhammad saw., karena beliau orang yang membaca firman Allah, dan menghafalnya yang tidak lain adalah Al-Qur’an. Firman Allah Ta’ala, “ia berbicara kepada mereka dengan segala sesuatu yang Aku perintahkan kepadanya,” juga menjadi saksi atas kenabian Nabi kita Muhammad saw., sebab beliau berbicara masalah ghaib yang tidak pernah dibicarakan nabi selain beliau, dan karena beliau menceritakan apa yang terjadi pada masa lalu, dan apa yang akan terjadi hingga hari kiamat.
    • Disebutkan dalam kitab Taurat seperti berikut, “Hai nabi, sesungguhnya Aku mengutusmu sebagai pemberi khabar gembira, permberi peringatan, dan pelindung bagi orang-orang ummi. Engkau hamba-Ku, dan rasul-Ku. Engkau Aku beri nama Al-Mutawakkil yang tidak berperilaku kasar, tidak berkarakter keras, tidak berteriak-teriak di pasar, dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun memaafkan, bermurah hati, dan memberi ampun. Allah tidak akan mencabut nyawanya hinga dengannya Dia meluruskan agama yang bengkok, agar manusia berkata. ‘Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah.’ Dengannya, Allah membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan hati yang tertutup.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).
    • Juga disebutkan dalam Taurat, “Mereka menyerangku dengan selain Allah, dan membuatku marah dengan sesembahan-sesembahan mereka yang batil. Dan aku akan menyerang mereka dengan bangsa lain, dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah.” Ucapan Nabi Musa Alaihis-Salam, “dan memarahi mereka dengan bangsa jahiliyah,” menyatakan, bahwa bangsa jahiliyah yang dimaksud ialah bangsa Arab. Sebab, bangsa tersebut jahiliyah sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. menjadi nabi dan rasul. Bahkan, orang-orang Yahudi sendiri menamakan orang-orang Arab sebagai orang-orang ummi (buta huruf) seperti terlihat pada ucapan Nabi Musa a.s. di Kitab Taurat, “pedang selalu berasal dari Yahuda, dan pemimpin dari anak keturunannya, hingga datanglah orang yang memiliki segala hal dan ditunggu-tunggu semua umat.” Orang yang ditunggu-tunggu semua umat tidak lain adalah Nabi Muhammad saw., terutama orang-orang Yahudi yang paling serius menunggu kedatangannya dengan pengakuan-pengakuan mereka. Namun, dengki mengharamkan mereka beriman kepada Rasulullah saw. dan menghalangi mereka mengikuti beliau. Allah Ta’ala berfirman, “Padahal sebelumnya mereka memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar itu.” (Al-Baqarah: 89).
    • Di Injil juga disebutkan banyak sekali berita gembira, di antaranya adalah sebagai berikut : “Pada hari-hari itu, datanglah Yohannes Al-Ma’madan yang membawa berita gembira kedatangan nabi baru kepada orang-orang Yahudi sambil berkata kepada mereka, ‘Bertaubatlah kalian, karena telah dekat kerajaan langit’.” Yang dimaksud dengan kerajaan langit ialah isyarat tentang kedatangan Nabi Muhammad saw., dan isyarat telah dekat kenabiannya, karena beliau berkuasa dan memutuskan berdasarkan hukum dan langit.
      Selain itu, Yohannes Al-Ma’madan membuat perumpamaan bagi orang-orang Yahudi dengan berkata kepada mereka, “Kerajaan langit itu mirip dengan biji sawi yang diambil seseorang, kemudian menanamnya di kebunnya. Biji sawi adalah biji yang paling kecil, namun jika telah berkembang, maka menjadi sayuran yang paling besar.” Perumpamaan di Injil tersebut adalah perumpamaan yang sama yang disebutkan Al-Qur’an Al-Karim ketika Allah Ta’ala berfirman, “dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir.” (Al-Fath: 29). Yang dimaksud dengan tanaman tersebut ialah Rasulullah saw., dan sahabat-sahabatnya.
      “Aku pergi, karena jika aku tidak pergi, maka Barqalith (orang terpuji) tidak datang kepada kalian. Jika aku telah pergi, maka aku kirim dia kepada kalian. Jika dia telah datang, dia memarahi dunia karena kesalahannya.” Bukankah kalimat di Injil tersebut secara tegas memberi kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.? Siapa yang dimaksud dengan Barqalith (orang terpuji) kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Siapa yang memarahi dunia karena kesalahannya kalau tidak Nabi Muhammad saw.? Sebab, ketika beliau diutus, ketika itu dunia berenang di samudera kerusakan dan kejahatan, dan berhalaisme memasang tali temalinya bahkan kepada Ahli Kitab. Siapakah yang datang setelah pengangkatan Nabi Isa a.s. kemudian berdakwah kepada Allah Ta’ala, Tuhan langit dan bumi kalau tidak Muhammad saw.?
Dalil-Dalil Akal
  1. Apa susahnya Allah Ta’ala mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai rasul, padahal sebelumnya Dia telah mengutus utusan rasul, dan ribuan nabi? Jika hal tersebut tidak mustahil menurut akal, dan syariat, maka apa alasannya risalahnya diingkari, dan risalahnya kepada seluruh manusia itu ditolak?
  2. Kondisi yang mengiringi diutusnya Rasulullah saw. menghendaki adanya risalah langit dan seorang rasul yang memperbaharui pemahaman manusia terhadap Pencipta mereka, Allah Azza wa Jalla.
  3. Penyebaran Islam dengan cepat ke seluruh belahan dunia, penerimaan manusia terhadapnya, dan pemilihan mereka terhadapnya daripada agama-agama lainnya adalah bukti kebenaran kenabian Nabi Muhammad saw..
  4. Kebenaran prinsip-prinsip yang dibawa Rasulullah saw., kejujuran prinsip-prinsip tersebut, relevansinya, hasilnya yang baik dan berkah itu bersaksi bahwa prinsip-prinsip tersebut berasal dari Allah Ta’ala, dan pembawanya ialah nabi dan rasul Allah Ta’ala.
  5. Terjadinya berbagai mukjizat, dan kejadian-kejadian luar biasa dari tangan Rasulullah saw. Itu mustahil menurut akal, terjadi pada selain nabi dan rasul. Inilah sebagian mukjizat Rasulullah seperti dinyatakan dalam hadits shahih yang mirip dengan hadits mutawatir yang tidak didustakan kecuali oleh orang yang lemah akalnya, atau bahkan tidak mempunyai akal, yaitu:
    • Terbelahnya bulan untuk Rasulullah saw. Al-Walid bin Al-Mughirah, dan orang-orang kafir Quraisy lainnya meminta mukjizat dari beliau yang menunjukkan kebenaran beliau dalam pengakuan beliau sebagai nabi dan rasul. Kemudian bulan terbelah menjadi dua bagian untuk beliau. Satu bagian di atas gunung dan satu bagian lainnya di bawah gunung. Rasulullah saw. bersabda kepada orang-orang kafir Quraisy. “Lihatlah.” Sebagian orang-orang kafir Quraisy berkata, aku lihat bulan di antara dua celah gunung Abu Qabais.” Orang-orang kafir Quraisy bertanya kepada penduduk negeri lain, apakah mereka melihat terbelahnya bulan? Mereka memberi tahu orang-orang kafir Quraisy apa yang mereka lihat. Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, ‘(Ini adalah) sihir yang terus menerus.’ Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya.” (Al-Qamar: 1-3)
    • Mata Qatadah r.a. terluka pada Perang Uhud hingga jatuh dari kelopaknya, Rasulullah saw. memasukkannya kembali, dan menjadi lebih indah dari sebelumnya.
    • Kedua mata Ali bin Abu Thalib r.a. sakit pada Perang Khaibar, kemudian Rasulullah saw. meniupnya, lalu sembuh seperti tidak pernah sakit sebelumnya.
    • Betis Ibnu Al-Hakam r.a. putus pada Perang Badar, kemudian Rasulullah saw. meniupnya, lalu sembuh seketika tanpa meresakan sakit sedikit pun.
    • Pohon dibuat berbicara kepada Rasulullah saw. Kisahnya, orang Arab dusun mendekat kepada beliau, kemudian beliau bersabda kepada orang Arab Dusun tersebut, “Hai orang Arab dusun, engkau akan pergi ke mana?” Orang Arab dusun tersebut menjawab, “Pulang ke rumah.” Rasulullah saw. bersabda, “Apakah engkai ingin kebaikan?” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Kebaikan apa?” Rasulullah saw. bersabda, “Engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Rasul-Nya.” Orang Arab dusun tersebut berkata, “Siapa yang menjadi saksi atas apa yang engkau katakan?” Rasulullah saw.bersabda, “Pohon ini.” Beliau bersabda begitu sambil menunjuk ke arah salah satu pohon di tepi lembah. Kemudian pohon tersebut berjalan hingga berdiri di depan beliau. Beliau meminta pohon tersebut bersaksi hingga tiga kali, dan pohon tersebut pun bersaksi seperti sabda Rasulullah saw.
    • Ratapan batang pohon kurma kepada Rasulullah saw., dan tangisannya dengan suara keras yang bisa didengar seluruh orang yang berada di masjid beliau. Itu terjadi setelah Rasulullah saw. meninggalkannya. Sebelumnya Rasulullah saw. berkhutbah di atas batang tersebut sebagai mimbar beliau. Ketika beliau telah dibuatkan mimbar, dan tidak naik lagi ke atas batang kurma tersebut, batang tersebut meratap menangis dan rindu kepada Rasulullah saw. Suara tangisnya seperti tangis unta yang hamil sepuluh bulan. Batang pohon kurma tersebut tidak berhenti menangis hingga Rasulullah saw. datang padanya, dan meletakkan tangannya yang mulia di atasnya. Ia pun berhenti menangis.
    • Doa Rasulullah saw. akan tercabik-cabiknya kerajaan Kisra, kemudian kerajaan Kisra pun tercabik-cabik.
    • Doa Rasulullah saw. untuk Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma semoga ia menjadi orang yang faqih dalam agama ini. Hasilnya, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma menjadi ulama umat ini.
    • Makanan menjadi banyak karena doa Rasulullah saw., hingga dua mud gandum bisa dimakan lebih dari delapan puluh orang.
    • Air menjadi banyak karena doa Rasulullah saw. Di Hudaibiyah, para salabat kehausan. Sedang, di depan Rasulullah saw. terdapat timba kecil tempat beliau berwudhu. Para sahabat datang ke tempat beliau, dan berkata, “Kita tidak mempunyai air, kecuali air yang ada di timba kecilmu.” Kemudian Rasulullah saw. meletakkan tangannya di timba kecil tersebut, dan air pun mengucur dari kedua tangannya seperti mata air. Kemudian para sahabat minum dan berwudhu dari air tersebut. Padahal, mereka berjumlah seribu lima ratus orang.
    • Isra’ dan Mi’raj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian ke langit yang tinggi hingga tiba di Sidratul Muntaha, kemudian kembali ke ranjangnya tanpa merasakan kedinginan.
    • Al-Quran Al-Karim, yaitu Kitab yang di dalamnya terdapat informasi orang-orang sebelum kita, informasi orang-orang sesudah kita, keputusan masalah yang terjadi pada kita, petunjuk dan cahaya. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar Rasulullah saw. dan bukti kenabiannya yang abadi sepanjang zaman, agar Al-Qur’an menjadi dalil pasti akan kebenaran kenabian Rasulullah saw., dan menjadi hujjah yang kuat bagi manusia, hingga Allah Ta’ala mewarisi bumi.
    • Jadi, Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat teragung yang dianugerahkan kepada Rasulullah saw., dan keterangan terbesar yang diberikan kepada beliau. Tentang Al-Qur’an ini Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah salah seorang dari para nabi, melainkan ia diberi apa yang seperti ayat-ayat yang diimani manusia. Namun yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan Allah kepadaku. Aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat.” (Sebagian besar mukjizat Rasulullah saw. disebutkan di Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim. Mukjizat-mukjizat yang tidak disebutkan di keduanya disebutkan dalam sunnah yang benar).
Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 35-46.
 

Tugas nabi dan rosul , perbedaan risalah nabi muhamad dngn nabi'' yang lain (Lady julia pratiwi,tya meilinda,indri XI ips 1)

Tugas 25 Nabi & Rasul: mengajari manusia tentang "tip & trik" untuk hidup, agar "SELAMAT" dunia-akhirat, tanpa harus beresiko terlalu banyak SALAH/ KELIRU dalam melakukan kalkulasi2, sebab berbagai rahasia yg penting telah dimuat dlm Guidance Book (Al Kitab. Kitab Suci).

Sifat 25 Nabi & Rasul: rendah hati, patuh & taat kpd Tuhannya, amanah terhadap tugas yg dibebankan padanya, APA-pun resikonya, tdk takut kpd siapapun kecuali kpd Tuhannya. Target hidupnya bukan materi/duniawi, bisnisnya berpartner dg Saudagar Sang Maha Kaya/Kuasa, jadi ga pernah akan rugi.

Contoh: wa maa as-alukum 'alayhi min aj-rin, in aj-ria illa robbil 'aalamiin (Aku ga minta upah apapun atas da'wahku ini, upahku cuma dari Allah saja QS.26:109, juga lihat QS.12:104; 25:57; 26:127, 145, 164, 180, dan 38:86).
Jadi para Nabi & Rasul itu kalau da'wah/ceramah tidak minta BAYARAN, tidak pasang tarif. Jadi kalau ada da'i kok pasang tarif, maka itu tidak mengikuti sunnah/ajaran/contoh Nabinya.

Contoh lain: Jaahaduu fii sabiilillaahi bi amwalihim wa anfusihim (berjuang habis-habisan demi Allah dg segala kekuatan harta-bendanya dan siap mempertaruhkan jiwa-raganya dalam menjalankan tugasnya) [QS.4:95, 8:75; 9:20; 9:44, 81, 88; 49:15]

Catatan: Ada Nabi yg cuma buat etnik tertentu (mis. Cuma u/ Bani Israil), dan ada Nabi yg diutus kepada Seluruh umat Manusia (mis. Nabi Muhammad saw).

Sabda Nabi saw:
Dulu, Bani Israel itu kehidupan politisnya (bermasyarakat, bernegara) selalu dipimpin oleh seorang Nabi. Bila Sang Nabi wafat, Allah segera utus Nabi baru untuk mereka.
Adapun era ini, akulah nabi & Rasulullah atas kalian semua tanpa kecuali, akulah pemimpin politis kalian semua, dan aku adl Nabi terakhir, tak ada lagi nabi setelahku nanti, maka pemimpin politis penggantiku nanti bukanlah Nabi melainkan para kholifah (pemimpin umat pengganti kepemimpinan politis Nabi, bukan pengganti kerasulannya), dan para kholifah itu nanti bakal banyak (suksesinya berturut-turut). Jangan kalian biarkan terjadi lebih dari satu kholifah (dalam waktu yg bersamaan). Kalau sampai terjadi hal itu, maka bunuhlah kholifah selain yg pertama dibay'at. Lalu ta'atilah Sang Kholifah (yg dibay'at dg sah pertama) itu sesuai hak-haknya (selama tidak memerintahkan kekufuran padamu). Persoalan dia adil atau kurang adil di dalam memerintah, nanti Allah-lah yg bakal mengadilinya. Buat kalian, pokoknya jangan ada kepemimpinan ganda dalam tubuh umat Islam.
[HR. Ahmad, Bukhari, Ibnu Majah, dari Aby Hurayrah. Shohih. Lihat Shihihul Jaami; No. 4.466]

Tugas Para nabi dan Rasul Allah (iin asrinah,yuni asriani,meita anggia sari,elahXI ipa 2)


Mengenal para Rasul dan nabi yang diutus kepada umat manusia merupakan perkara penting dan sangat dibutuhkan kaum muslimin, baik berkenaan dengan iman, tugas, kekhususan dan kehidupan mereka agar dapat dijadikan suri teladan bagi manusia.
Apalagi dimasa kini dan khususnya kaum muslimin yang sudah jauh dari kenabian dan ajarannya. Sehingga sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengajak saudaranya mengenal kembali permasalahan ini sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Tugas Para Rasul dan nabi
Para rasul memiliki tugas yang banyak, diantaranya:
1. Tugas agung mereka mengajak manusia beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya[1]. Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya. Hal ini dikabarkan Allah Ta’ala dalam firmanNya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu‘ “ (QS. An Nahl:36)
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan tugas, dasar dakwah dan inti risalah para rasul yaitu mengajak kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi segal sesembahan selainNya.[2]
Hal inipun disampaikan dalam firmanNya:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : ‘Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’”. (QS. Al Anbiya: 25)
Hal ini dikarenakan para rasul diutus untuk menjelaskan jalan menuju tujuan penciptaan manusia yang Allah jelaskan dalam firmanNya:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Demikian juga tauhid merupakan asas fitroh manusia yang diperintahkan untuk ditegakkan dalam firmanNya:
} فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertaqwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Ar Rum: 30-31)
para rasul mengajak umatnya untuk mewujudkan tauhid dalam diri-diri mereka dan mengeluarkan segala kemampuannya untuk merealisikan dakwahnya tersebut. Cukuplah kisah nabi Nuh dalam surat Nuh sebagai contoh kegigihan mereka dalam mendakwahkan tauhid pada kaumnya.
2. Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al Ma’idah:67).
Demikian juga firmanNya:
بِالبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan” (QS. An Nahl: 44)
3. Menunjukkan umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelaku kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman Allah:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. An Nisa: 165)







"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".

TUGAS PAI ,<<< SITI SULASTRI,RISYA ERVINA,AULIYA FITRIANINGRUM,MILA HANDAYANI....KELAS Xl IPS 4

Tugas dan Kekhususan Para Rasul Allah

Posted by admin
Mengenal para Rasul yang diutus kepada umat manusia merupakan perkara penting dan sangat dibutuhkan kaum muslimin, baik berkenaan dengan iman, tugas, kekhususan dan kehidupan mereka agar dapat dijadikan suri teladan bagi manusia.
Apalagi dimasa kini dan khususnya kaum muslimin yang sudah jauh dari kenabian dan ajarannya. Sehingga sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengajak saudaranya mengenal kembali permasalahan ini sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah.
Tugas Para Rasul
Para rasul memiliki tugas yang banyak, diantaranya:
1. Tugas agung mereka mengajak manusia beribadah kepada Allah dan meninggalkan sesembahan selain-Nya   Dakwah kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah merupakan dasar dan jalan dakwah para rasul seluruhnya. Hal ini dikabarkan Allah Ta’ala dalam firmanNya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu‘ “ (QS. An Nahl:36)
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan tugas, dasar dakwah dan inti risalah para rasul yaitu mengajak kepada tauhid, mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi segal sesembahan selainNya.[2]
Hal inipun disampaikan dalam firmanNya:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya : ‘Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku’”. (QS. Al Anbiya: 25)
Hal ini dikarenakan para rasul diutus untuk menjelaskan jalan menuju tujuan penciptaan manusia yang Allah jelaskan dalam firmanNya:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنسَ إِلاَّلِيَعْبُدُون
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Demikian juga tauhid merupakan asas fitroh manusia yang diperintahkan untuk ditegakkan dalam firmanNya:
} فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَتَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاَتَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertaqwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Ar Rum: 30-31)
para rasul mengajak umatnya untuk mewujudkan tauhid dalam diri-diri mereka dan mengeluarkan segala kemampuannya untuk merealisikan dakwahnya tersebut. Cukuplah kisah nabi Nuh dalam surat Nuh sebagai contoh kegigihan mereka dalam mendakwahkan tauhid pada kaumnya.
2. Menyampaikan syari’at Allah kepada manusia dan menjelaskan agama yang diturunkan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al Ma’idah:67).
Demikian juga firmanNya:
بِالبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Keterangan-keterangan (mu’jizat) dan kitab-kitab.Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan” (QS. An Nahl: 44)
3. Menunjukkan umat kepada kebaikan dan mengabarkan mereka tentang pahala yang disiapkan bagi pelaku kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejelekan dan siksaan yang disiapkan orang-orang yang durhaka, sebagaimana firman Allah:
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُُ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. An Nisa: 165)
4. Memperbaiki manusia dengan teladan dan contoh yang baik dalam perkataan dan perbuatan, sebagaimana firman Allah :
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ قُل لآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِنْ هُوَ إِلاَّ ذِكْرَى لِلْعَالَمِينَ
Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah:”Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (al-Qur’an)”. al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk segala umat (QS. Al An’am:90)
Juga ditegaskan dalam firmanNya:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.Al Ahzab:21)
5. Menegakkan dan menerapkan syari’at Allah diantara hamba-hambaNya, firman Allah Ta’ala:
وَأَنِ احْكُم بَيْنَهُم بِمَآأَنزَلَ اللهُ وَلاَتَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَن بَعْضِ مَآ أَنزَلَ اللهُ إِلَيْكَ فَإِن تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللهُ أَن يُصِيبَهُم بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik (QS. Al Ma’idah:49)
6. Menjadi saksi sampainya penjelasan syariat kepada manusia. Allah Ta’ala berfirman:
وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِم مِّنْ أَنفُسِهِمْ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَى هَآؤُلاَءِ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka darimereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammmad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. An Nahl:89)
dan firmanNya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (QS. Al Baqarah:143)
Imam Abul Qasim Al Ashbahani menyatakan dalam muqaddimah kitab beliau: “Segala puji bagi Allah yang telah menampakkan tanda-tanda kebenaran lalu menjlaskannya dan telah memunculkan manhaj agama ini lalu menerangkannya. Dialah yang telah menurunkan Al Qur’an lalu seluruh hujjah ada padanya dan mengutus Muhammad sebagai Rasul, sehingga memutus seluruh alasan (untuk berpaling). Kemudian Rasulullah telah berda’wah, bersungguh-sungguh dan berjihad serta menjelaskan jalan kebenaran kepada umat ini. Beliau juga menyampaikan syariat kepada mereka syari’at agar mereka tidak menyatakan: ‘Belum datang kepada kami pemberi kabar gembira (Basyir) dan pemberi peringatan (Nadzir)’.[3]
Demikianlah beberapa tugas penting para Nabi dan Rasul.
Kekhususan Para Nabi dan Rasul[4]
Allah Ta’ala telah memilih diantara para hambaNya sebagai Nabi dan Rasul dengan memberikan beberapa kekhususan yang tidak dimiliki hamba-hambaNya yang lain. Diantara kekhususan para Nabi dan Rasul tersebut adalah:
1. Wahyu
Allah Ta’ala telah mengkhususkan mereka dengan wahyu, sehingga mereka menjadi perantara Allah dengan hamba-hambaNya. Hal ini telah ditegaskan dalam firmanNya:
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا بَشَرٌ مِّثْلَكُمْ يُوحَى إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلاَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa‘ “. (QS. Al Kahfi: 110)
Demikianlah, diantara Nabi dan Rasul ada yang langsung berbicara dengan Allah dan ada pula yang melalui perantara malaikat Jibril ‘Alaihissalam, sehingga mereka dapat mengetahui perkara-perkara gaib dengan wahyu tersebut.
2. Kemaksuman (Al Ishmah).
Seluruh umat sepakat bawha para rasul memiliki kemaksuman dalam menerima risalah Allah, sehingga mereka tidak lupa sedikitpun wahyu yang Allah turunkan kepada mereka dan memiliki kemaksuman dalam penyampaian wahyu tersebut kepada manusia. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah:
سَنُقْرِئُكَ فَلاَتَنسَى
Kami akan membacakan (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa” (QS. Al A’laa: 6)
Dan firmanNya:
يَاأَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَآأُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (QS. Al Ma’idah: 67).
Demikian juga Allah mempertegas dengan firmanNya:
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ اْلأَقَاوِيلِ لأَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِينِ ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِينَ فَمَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ عَنْهُ حَاجِزِينَ
Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. (Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu (QS. Al Haaqah:44-47)

3. Diberi pilihan ketika akan dicabut nyawanya
Hal ini ditunjukkan oleh hadits ‘Aisyah Radhiallahu’anha, beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَمْرَضُ إِلَّا خُيِّرَ بَيْنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَكَانَ فِي شَكْوَاهُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ أَخَذَتْهُ بُحَّةٌ شَدِيدَةٌ فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ فَعَلِمْتُ أَنَّهُ خُيِّرَ
“Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: ‘Tidak ada seorang nabipun yang sakit kecuali diminta memilih antara dunia dan akhirat’. Beliau pada sakit mendekati kematian beliau, mengeluarkan suara parau sekali, sehingga aku mendengarnya, beliau mengatakan : ‘ Bersama orang yang Allah berikan kenikmatan pada mereka dari kalangan para nabi, shidiqin, syuhada dan sholihin’. Lalu aku tahu beliau sedang diberi pilihan.[5]

4. Dikuburkan ditempat meninggalnya
Seorang Nabi bila meninggal dunia di suatu tempat, maka ia dikuburkan di tempat tersebut. Hal ini didasari hadits Abu Bakar Radhiallahu’anhu, beliau berkata:
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُقْبَرَ نَبِيٌّ إِلَّا حَيْثُ يَمُوتُ فَأَخَّرُوا فِرَاشَهُ وَحَفَرُوا لَهُ تَحْتَ فِرَاشِهِ رَوَاهُ أَحْمَد
Aku mendengar Rasululloh Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda seorang nabi tidak dikuburkan kecuali ditempat kematiannya dengan menyingkirkan pembaringannya dan dibuat lubang dibawah pembaringannya tersebut[6]

5. Jasadnya tidak dimakan bumi
Allah memuliakan jasad para Nabi dengan membuatnya tidak hancur oleh tanah yang menguburnya walaupun telah berlalu waktu yang sangat lama. Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya Allah Tabaraka Wa Ta’ala mengharamkan tanah menghancurkan jasad para nabi”[7]
6. Mata mereka terpejam tidur namun hatinya tetap sadar dan bangun
Demikianlah hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang berbunyi:
تَنَامُ عَيْنِي وَلَا يَنَامُ قَلْبِي
Mataku tidur namun hatiku tidak tidur[8]
Berkata Anas bin Malik Radhiallahu’anhu ketika mengisahkan kisah Isra’ Mi’raj :
وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَائِمَةٌ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ وَكَذَلِكَ الْأَنْبِيَاءُ تَنَامُ أَعْيُنُهُمْ وَلَا تَنَامُ قُلُوبُهُمْ
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam matanya tidur namun hatinya tidak tidur dan demikian juga para nabi mata mereka tidur sedang hati mereka tidak tidur[9]
7. Tetap hidup dikuburan mereka
Para Nabi dan Rasul walaupun telah meninggal dunia, namun mereka tetap hidup dikuburannya dalam keadaan shalat, sebagaimana diberitakan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabdanya:
الأَنْبِيَاءُ أَحْيَاءٌ فِيْ قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ
Para nabi itu tetap hidup dikuburan mereka dalam keadaan sholat[10]

Demikianlah tugas dan kekhususan para nabi secara umum dan ringkas, mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan kita dan membawa kita kepada iman yang benar terhadap mereka.
Wallahu A’lam.

Referensi :
1. Tulisan Dr. Abdulaziz Shalih Al Thowiyan dalam pengantar tahqiq kitab Al Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan pertama tahun 1420H, Adwaa Al Salaf, Riyaadh. KSA
2. Al Rusul wal Risalaah, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, cetakan ketiga tahun 1405, Maktabah Al Falaah, Kuwait
3. Usus Manhaj Al Salaf Fi Dakwah Ila Allah karya Fawaaz Halil Al Suhaimi. cetakan pertama tahun 1423 H, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir
4. Al Hujjah Fi Bayaan Al Mahajjah wa Syarh Aqidah Ahli Sunnah karya Abul Qasim Isma’il bin Muhammad bin Al Fadhl Al Taimi Al Ashbahani, tahqiq Muhammad bin Al Rabi’ Al Madkhali, cetakan ke-2 tahun 1419 H. Dar Al Raayah, Riyadh, KSA
5. Shahih Al Jami’ Al Shaghir karya Syaikh Al Alamah Muhammad Nashiruddin Al Albani, cetakan ketiga tahun 1408 H, Al Maktab Al Islami, Baerut.
6. CD Al Kutub Al Tis’ah.
Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel UstadzKholid.Com
[1] Disarikan dari tulisan DR. Abdul ‘Aziz Sholih Al Thawiyan dalam pengantar tahqiq kitab Al Nubuwat karya Ibnu Taimiyah, cetakan pertama tahun 1420H, Penerbit Adwaa Al Salaf, Riyadh. KSA hal 1/28 dan Al Rusul wal Risalaah, karya DR. Umar Sulaiman Al Asyqar, cetakan ketiga tahun 1405, Maktabah Al Falaah, Kuwait hal. 43-45 dengan tambahan dari beberapa referensi yang akan penulis isyaratkan dalam catatan kaki. [2]. Ushul manhaj Al Salaf Fi Dakwah Ila Allah karya Fawaaz Halil Al Suahaimi. Cetakan pertama tahun 1423 H, Dar Ibnu Hazm, Kairo, Mesir hal 85.
[3] Al Hujjah Fi Bayaan Al Mahajjah wa Syarh Aqidah Ahli Sunnah, karya Abul Qasim Isma’il bin Muhammad bin Al Fadhl Al Taimi Al Ashbahani, tahqiq Muhammad bin Al Rabi’ Al Madkhali, cetakan ke-2 tahun 1419 H. Dar Al Raayah, Riyadh, KSA hal 1/93.
[4] Disarikan dari Al Rusul wal Risalaah, karya Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar, op.cit hal 90-115
[5] Diriwayatkan Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, di kitab Tafsier Al Qur’an, no. 4220.
[6] Hadits riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih. Hadits ini dishahihkan Al Albani dalam kitab Tahdzir Al Saajid hal 10-11 dan Shahih Al Jami’ Al Shaghir no. 5201, lihat Shahih Al Jami’ Al Shaghir 2/923.
[7] Hadits riwayat Abu Daud dalam Sunan-nya, kitab Al Shalat Bab fil Istighfar no. 1308
[8] Hadits riwayat Al Bukhari dalam kitab Al Manaaqib no. 3304.
[9] Hadits riwayat Al Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Al Manaaqib, Bab An Nabi Tanamu Ainaahu Wala Yanam Qalbuhu no. 3305.
[10] Hadits shahih, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Al Shoghir no 2790 dan beliau isyaratkan hadits ini riwayat Al Bazaar, Abu Nu’aim dan Ibnu Asaakir.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN TUGAS NABI MUHAMMAD DENGAN NABI SEBELUMNYA 
 
 
Rukun Iman keempat yang harus diimani oleh setiap mukmin adalah beriman kepada
para Nabi dan Rasul utusan Allah. Diutusnya Rasul merupakan nikmat yang sangat
agung. Kebutuhan manusia  terhadap diutusnya Rasul melebihi kebutuhan manusia
terhadap hal-hal lain. Untuk itu, kita tidak boleh salah dalam meyakini
keimanan kita kepada utusan Allah yang mulia ini. Berikut adalah penjelasan
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan iman kepada Nabi dan Rasul.

Dalil-Dalil Kewajiban Beriman Kepada Para Rasul
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan wajibnya beriman kepada para Rasul, di
antaranya adalah firman Allah Ta'ala,
"Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kiamat, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi" (QS. Al Baqarah: 177)

Persamaan Nabi dan Rasul adalah :

1. Nabi dan Rasul sama-sama utusan Allah  yang diberi wahyu oleh Allah,
berdasarkan firman Allah,
" Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula)
seorang nabi, melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan ..."  (QS. Al
Hajj:52).
Dalam ayat ini Allah membedakan antara nabi dan rasul, namun menjelaskan kalau
keduanya merupakan utusan Allah.
2.  Nabi dan rasul sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat.Nabi dan rasul ada yang  diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang
tidak.
3. Nabi dan rasul sama-sama diutus untuk menyampaikan syariat.Nabi dan rasul ada yang  diturunkan kepadanya kitab, ada pula yang
tidak. 

Perbedaan Nabi dan Rasul :

1. Nabi diberi wahyu untuk disampaikan kepada kaum yang sudah bertauhid
atau untuk diamalkan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dalam sebuah hadist,
"Dan akan datang Nabi yang tidak memiliki satu pun pengikut". 
Sedangkan rasul
diutus untuk menyampaikan syariat kepada kaum yang menyelisihinya.
2. Nabi mengikuti syariat  sebelumnya yang sudah ada, 
sedangkan Rasul terkadang mengikuti syariat sebelumnya -seperti Yusuf yang diutus untuk 
kaumnya dengan syariat yang dibawa oleh Ibrahim dan Ya'qub- dan terkadang
membawa syariat baru. (Diringkas dari Syarh al 'Aqidah Ath Thahawiyah Syaikh
Sholeh Alu Syaikh, hal 227-234)

3. Para Nabi dan Rasul Mengajarkan Agama yang Satu
Seluruh Nabi mengajarkan agama yang satu, walaupun mereka memiliki
syariat-syariat yang berbeda. Allah Ta'ala berfirman,
 " Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya.. "(QS. Asy Syuuraa:13)
 " Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan
Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku" (QS. Al Mu'minun:51-52)

Nabi shalallahu 'alaihi wa salaam bersabda,  " Sesungguhnya seluruh nabi
memiliki agama yang satu, dan para nabi adalah saudara" (Muttafaqun 'alaih).

Agama seluruh para Nabi adalah satu, yaitu agama Islam. Allah tidak akan
menerima agama selain Islam. Yang dimaksud dengan islam adalah berserah diri
kepada Allah dengan mentauhidkan- Nya, tunduk kepada Allah dengan mentaatinya,
dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang musyrik. (Al Irsyaad
ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 159-160).
Mendustakan Satu = Mendustakan Semuanya
Kewajiban seorang mukmin adalah beriman bahwa risalah para Rasul adalah
benar-benar dari Allah. Barangsiapa mendustakan risalah mereka, sekalipun hanya
salah seorang di antara mereka, berarti ia telah mendustakan seluruh para
rasul. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala :
 " Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rasul" (QS. Asy Syu'araa':105)

Dalam ayat in Allah menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada para
rasul yang diutus oleh Allah, padahal ketika diutusnya Nuh belum ada seorang
Rasulpun selain Nabi Nuh 'alaihis salaam. Berdasarkan hal ini maka orang-orang
Nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak mau
mengikuti beliau berarti mereka telah mendustakan Al Masih bin Maryam (Nab Isa
'alaihis salaam) dan tidak mengikuti ajarannya. (Syarhu Ushuulil Iman hal 34-35) 
Mengimani Nama Para Rasul
Termasuk pokok keimanan adalah kita beriman bahwa para Rasul Allah memiliki
nama. Sebagiannya diberitakan kepada kita dan sebagiannya tidak diberitakan
kepada kita. Yang diberikan kepada kita  seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, 'Isa,
dan Nuh 'alahimus shalatu wa salaam. Kelima nama tersebut adalah para Rasul
'Ulul Azmi. Allah Ta'ala telah menyebut mereka pada dua (tempat) surat di dalam
Al Quran yakni surat Al Ahzaab dan As Syuraa,
 " Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam." (QS. Al Ahzab:7)
 " Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwasiatkan- Nya
kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah-belah tentangnya" (QS. Asy Syuraa:13)

Adapun terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita beriman
secara global. Allah Ta'ala berfirman,
" Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang
tidak Kami ceritakan kepadamu" (QS. Al Mukmin:78). (Syarhu Ushuulil Iman,hal 35)

Para Rasul Pemberi Kabar Gembira Sekaligus Pemberi Peringatan
Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan kabar gembira sekaligus memberikan
peringatan. Ini merupakan salah satu dari hikmah diutusnya para rasul kepada
manusia. Maksud menyampaikan kabar gembira adalah menyebutkan pahala bagi orang
yang taat, sekaligus memberikan peringatan kemudian mengancam orang yang
durhaka dan orang kafir dengan kemurkaan dan siksa Allah. Allah Ta'ala
berfirman,
" (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul-rasul itu" (QS. An Nisaa' 165).

Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para Rasul ialah memberikan kabar gembira
bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-Nya dengan
melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang perintah-Nya dan mendustakan
para rasul-Nya akan diancam dengan hukum dan siksaan. (Husuulul Ma'muul bi
Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 195-196)

Nuh yang Pertama, Muhammad Penutupnya
Termasuk keyakinan Ahlus sunnah adalah beriman bahwasanya Rasul yang petama
diutus adalah Nuh 'alaihis salaam dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam. Dalil yang menunjukkan bahwa Nuh adalah Rasul pertama adalah
firman Allah,
" Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya." (An Nisaa':163)

Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama. Sisi
pendalilannya adalah dari kalimat "dan nabi-nabi yang kemudiannya". Jika ada
rasul sebelum Nuh tentunya akan dikatakan dalam ayat ini.

Adapun dalil dari sunnah adalah sebuah hadist shahih tentang syafa'at, ketika
manusia (pada hari kiamat) mendatangi Nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau
berkata kepada mereka, 
"Pergilah kalian kepada Nuh, karena ia adalah rasul
pertama yang diutus ke muka bumi". 
Maka mereka pun mendatangi Nuh dan berkata:
"engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi." (Muttafaqun 'alaihi). Hadist
ini merupakan dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa Nuh adalah rasul
pertama. Dan Nabi Adam sendiri menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di
atas muka bumi. (Husuulul Ma'muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 196-197)

Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu 'alaihi wa salaam.
Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala.

" Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara
kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al Ahzab:40).

Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salaam bersabda,
"Aku adalah penutup para Nabi, dan beliau berkata :' Tidak ada Nabi sesudahku". Hal ini melazimkan
berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang lebih umum (yakni
diutusnya Nabi) melazimkan berakhirnya yang lebih khusus (yakni diutusnya
Rasul). Makna berakhirnya kenabian dengan kenabian Muhammad yakni tidak adanya
pensyariatan baru setelah kenabian dan syariat yang dibawa oleh Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 173).

Buah Manis Iman yang Benar Terhadap Para Rasul
Keimanan yang benar terhadap para Rasul Allah akan memberikan faedah yang
berharga, di antaranya adalah:

1.     Mengetahui akan rahmat Allah dan perhatian-Nya kepada manusia dengan
mengutus kepada mereka para Rasul untuk memberi petunjuk kepada mereka kepada
jalan Allah dan memberikan penjelasan kepada mereka bagaimana beribadah kepada
Allah  karena akal manusia tidak dapat menjangkau hal tersebut.
2.     Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini.
3.     Mencintai para Rasul,, mengagungkan mereka , serta memberikan pujian
yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah utusan Allah Ta'ala dan senantiasa
menegakkan ibadah kepada-Nya sertamenyampaikan risalah dan memberikan nasehat
kepada para hamba. (Syarhu Ushuuill Iman hal 36)

Semoga Allah Ta'ala senantiasa menetapkan hati kita kepada keimanan yang benar.
Washolallahu 'alaa Nabiyyina Muhammad.