TUGAS PARA NABI DAN RASUL
Allah SWT menurunkan nabi dan rasul pada manusia pasti mempunyai maksud dan tujuan. Tentunya tujuan Allah SWT mengutus nabi dan Rosul adalah untuk mengajak manusia mengimani Allah SWT Tuhan yang maha esa. Hanya satu Tuhan dan tidak ada lagi Tuhan melainkan Allah SWT.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tentunya nabi dan rasul mempunyai tugas-tugas agar bisa mencapai tujuan tersebut. Tugas Rasul ada dua yaitu sebagai pembawa misi dakwah (Risalatul Dakwah) dan sebagai penegak agama Allah.
Tugas Rosul sebagai Pembawah misi dakwah mencakupi empat hal yaitu mengenal Allah SWT (ma’rifatul kholiq), memberikan pelajaran mengenai cara beribadah kepada Allah, menjalankan konsep hidup, dan mendidik manusia.
Sebelum Rosul diturunkan, banyak manusia yang tidak mengenal Allah SWT. Banyak manusia menyembah berhala ataupun menyembah matahari yang mereka anggap sebagai Tuhan. Padahal matahari adalah sebagian kecil dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Rasul untuk menyampaikan dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT Tuhan yang maha esa. Tuhan yang tidak tidur. Tuhan yang tidak beranak dan tidak juga diperanakan. Dialah Allah SWT, Tuhan yang satu dan tidak ada lagi Tuhan selain Dia.
Kemudian, tugas Rosul yang kedua dalam hal pembawah misi dakwah adalah mengajarkan cara beribadah kepada Allah SWT. Seperti kita ketahui bahwa Allah SWT menciptakan kita manusia dan juga bangsa jin dengan tujuan hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Rosul sebagai utusan Allah mengajarkan ummatnya bagaimana cara beribadah kepada Allah SWT karena ibadah merupakan cara bagi makhluk untuk bersyukur kepada sang pencipta. Sebagai contoh, salah satu cara beribadah yang dilakukan oleh Rasul Allah Muhammad SAW adalah sholat. Muhammad mengajarkan kepada ummatnya untuk melaksanakan sholat karena sholat menjadi penghubung antara manusia dengan Allah SWT dan juga sholat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihitung oleh Allah SWT.
Kemudian, tugas Rosul sebagai pembawah misi dakwah adalah menjelaskan konsep hidup. Manusia yang hidup didunia ini harus mempunyai suatu konsep agar kehidupannnya selama didunia tidak sia-sia dan ketika Allah SWT meminta pertanggung jawabannnya, maka manusia bisa mempertanggungjawabankannya. Konsep hidup yang benar adalah konsep hidup yang berdasarkan apa yang diperintahkan Allah SWT kitab-kitab dan juga berdasarkan Hadist Rosul.
Selanjutya, tugas Rosul sebagai pembawa misi dakwah adalah mendidik manusia. Rosul bertindak sebagai guru atau pendidik bagi ummatnya agar ummatnya bisa menjadi ummat yang bertaqwa kepada Allah SWT. Tentunya, didikan ini harus berdasarkan apa yang telah diajarkan oleh Allah SWT agar menjadi manusia yang terbaik didunia dan diakhirat.
Selain sebagai pembawa risalah, Rosul juga mempunyai tugas sebagai Penegak Agama Allah. Rosul diturunkan kepada suatu ummat dengan tujuan agar agama Allah, agama yang mengesahkan Allah SWT ini menjadi petunjuk dan jalan bagi kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat.
Tugas Rosul Sebagai penegak agama Allah juga mencakupi empat hal yaitu menegakkan pemerintahan, membina manusia, menjelaskan konsep dakwah, dan mempraktekkan panduan hidup.
Selain berdakwah, Rosul juga ditugaskan untuk membentuk suatu pemerintahan dengan tujuan agar pemerintahan tersebut bisa memberikan kesejahteraan bagi ummat semasa hidup didunia dan memberikan modal dan bekal yang sebanyak-banyaknya bagi ummat agar bisa beramal sholeh sehingga ketika telah menghadap Allah SWT, ummat tersebut menghadap dengan amal sholeh yang sangat banyak.
Selanjutnya, tugas Rosul sebagai penegak agama Allah adalah mendidik ummat. Rosul tentunya berkewajiban mendidik ummatnya agar ummatnya bisa menjadi ummat yang menjalankan perintah Allah SWT. Selain itu, rosul juga memberikan pendidikan kepada ummat tentang bagaimana caranya membentuk suatu pemerintahaan yang berlandaskan atas dasar aturan-aturan Allah SWT.
Kemudian, tugas rosul sebagai penegak agama Allah adalah sebagai penjelas bagi ummat tentang konsep dakwah. Rosul mengajak ummatnya untuk berdakwah mengajak ummat yang lainnya untuk bersama-sama saling mengingatkan jikalau ada ummat yang melakukan dosa. Tentunya dalam dakwah ini, yang dianjurkan adalah dengan kesabaran, kelembutan, dan sopan santun.
Pernah suatu ketika pada zaman Rosul Allah Muhammad SAW, ada sekelompok orang pada suatu daerah sangat membenci Muhammad SAW. Setiap Muhammad SAW lewat, para penduduk daerah tersebut selalu melemparkan batu kepada Rasul Allah Muhammad SAW. Rasul Allah Muhammad SAW tidak membalas kejahatan yang dilakukan oleh penduduk tersebut dengan kejahatan, tetapi membalasnya dengan kebaikan. Bahkan, Muhammad SAW selalu mendo’akan agar mereka diberikan petunjuk oleh Allah SWT untuk bergabung sebagai pengikut agama yang diridhoi oleh Allah SWT ini. Hasilnya, mereka mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad SAW ini.
Begitulah esensi dakwah. Dakwah tidak harus dilakukan dengan kekerasan. Dakwah bisa dilakukan dengan menggunakan hati dan juga perasaan karena itulah yang diajarkan oleh para Rosul. Membalas kejahatan dengan kebaikan guna menggapai suatu tujuan yaitu menjadi ummat yang terbaik dihadapan Allah SWT.
Terakhir, tugas rosul sebagai penegak agama Allah SWT adalah mempraktekkan panduan hidup. Rosul mempunyai kewajiban untuk mengajak dan mengajarkan panduan tentang bagaimana caranya mengarungi kehidupan ini agar sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT sehingga menjadi manusia yang beruntung. Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Kini, para Rosul tetalh tiada. Sekarang saatnya kita semua melanjutkan tugas Rosul ini. Sekarang kita bertugas sebagai pembawa misi dakwah dan juga sebagai penegak agama Allah guna bersama-sama menjadi ummat yang beriman dan bertaqwa. Tugas ini tidaklah bisa kita jalankan sendirian. Tugas ini harus kita kerjakan dan kita lakukan secara bersama-sama agar kita semua menjadi ummat yang mulia. Ummat yang diridhoi oleh Allah SWT. Insya Allah, Amiin.
Perbedaan Nabi dan Rasul :
1. Nabi diberi wahyu untuk disampaikan kepada kaum yang sudah bertauhid atau untuk diamalkan bagi dirinya sendiri, sebagaimana dalam sebuah hadist, "Dan akan datang Nabi yang tidak memiliki satu pun pengikut".
Sedangkan rasul diutus untuk menyampaikan syariat kepada kaum yang menyelisihinya.
2. Nabi mengikuti syariat sebelumnya yang sudah ada,
sedangkan Rasul terkadang mengikuti syariat sebelumnya -seperti Yusuf yang diutus untuk kaumnya dengan syariat yang dibawa oleh Ibrahim dan Ya'qub- dan terkadang membawa syariat baru. (Diringkas dari Syarh al 'Aqidah Ath Thahawiyah Syaikh Sholeh Alu Syaikh, hal 227-234)
3. Para Nabi dan Rasul Mengajarkan Agama yang Satu Seluruh Nabi mengajarkan agama yang satu, walaupun mereka memiliki syariat-syariat yang berbeda. Allah Ta'ala berfirman,
" Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan- Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.. "(QS. Asy Syuuraa:13) " Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku" (QS. Al Mu'minun:51-52) Nabi shalallahu 'alaihi wa salaam bersabda, " Sesungguhnya seluruh nabi memiliki agama yang satu, dan para nabi adalah saudara" (Muttafaqun 'alaih). Agama seluruh para Nabi adalah satu, yaitu agama Islam. Allah tidak akan menerima agama selain Islam. Yang dimaksud dengan islam adalah berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan- Nya, tunduk kepada Allah dengan mentaatinya, dan menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang musyrik. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 159-160).
Mendustakan Satu = Mendustakan Semuanya Kewajiban seorang mukmin adalah beriman bahwa risalah para Rasul adalah benar-benar dari Allah. Barangsiapa mendustakan risalah mereka, sekalipun hanya salah seorang di antara mereka, berarti ia telah mendustakan seluruh para rasul. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala : " Kaum Nabi Nuh telah mendustakan para Rasul" (QS. Asy Syu'araa':105) Dalam ayat in Allah menilai tindakan kaum Nuh sebagai pendustaan kepada para rasul yang diutus oleh Allah, padahal ketika diutusnya Nuh belum ada seorang Rasulpun selain Nabi Nuh 'alaihis salaam. Berdasarkan hal ini maka orang-orang Nasrani yang mendustakan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak mau mengikuti beliau berarti mereka telah mendustakan Al Masih bin Maryam (Nab Isa 'alaihis salaam) dan tidak mengikuti ajarannya. (Syarhu Ushuulil Iman hal 34-35)
Mengimani Nama Para Rasul Termasuk pokok keimanan adalah kita beriman bahwa para Rasul Allah memiliki nama. Sebagiannya diberitakan kepada kita dan sebagiannya tidak diberitakan kepada kita. Yang diberikan kepada kita seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, 'Isa, dan Nuh 'alahimus shalatu wa salaam. Kelima nama tersebut adalah para Rasul 'Ulul Azmi. Allah Ta'ala telah menyebut mereka pada dua (tempat) surat di dalam Al Quran yakni surat Al Ahzaab dan As Syuraa, " Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa bin Maryam." (QS. Al Ahzab:7) " Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwasiatkan- Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah-belah tentangnya" (QS. Asy Syuraa:13) Adapun terhadap para Rasul yang tidak kita ketahui nama-namanya, kita beriman secara global. Allah Ta'ala berfirman,
" Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu" (QS. Al Mukmin:78). (Syarhu Ushuulil Iman,hal 35) Para Rasul Pemberi Kabar Gembira Sekaligus Pemberi Peringatan Allah mengutus para Rasul untuk menyampaikan kabar gembira sekaligus memberikan peringatan. Ini merupakan salah satu dari hikmah diutusnya para rasul kepada manusia. Maksud menyampaikan kabar gembira adalah menyebutkan pahala bagi orang yang taat, sekaligus memberikan peringatan kemudian mengancam orang yang durhaka dan orang kafir dengan kemurkaan dan siksa Allah. Allah Ta'ala berfirman,
" (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada lagi alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu" (QS. An Nisaa' 165). Ayat ini merupakan dalil bahwa tugas para Rasul ialah memberikan kabar gembira bagi siapa saja yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaan-Nya dengan melakukan kebaikan. Dan bagi siapa yang menentang perintah-Nya dan mendustakan para rasul-Nya akan diancam dengan hukum dan siksaan. (Husuulul Ma'muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 195-196) Nuh yang Pertama, Muhammad Penutupnya Termasuk keyakinan Ahlus sunnah adalah beriman bahwasanya Rasul yang petama diutus adalah Nuh 'alaihis salaam dan yang terakhir adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalil yang menunjukkan bahwa Nuh adalah Rasul pertama adalah firman Allah,
" Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya." (An Nisaa':163) Para ulama berdalil dengan ayat ini bahwa Nuh adalah rasul pertama. Sisi pendalilannya adalah dari kalimat "dan nabi-nabi yang kemudiannya". Jika ada rasul sebelum Nuh tentunya akan dikatakan dalam ayat ini. Adapun dalil dari sunnah adalah sebuah hadist shahih tentang syafa'at, ketika manusia (pada hari kiamat) mendatangi Nabi Adam untuk meminta syafaat, beliau berkata kepada mereka,
"Pergilah kalian kepada Nuh, karena ia adalah rasul pertama yang diutus ke muka bumi".
Maka mereka pun mendatangi Nuh dan berkata: "engkau adalah rasul pertama yang diutus ke bumi." (Muttafaqun 'alaihi). Hadist ini merupakan dalil yang paling kuat menunjukkan bahwa Nuh adalah rasul pertama. Dan Nabi Adam sendiri menyebutkan bahwa Nuh sebagai Rasul pertama di atas muka bumi. (Husuulul Ma'muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuulhal 196-197) Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu 'alaihi wa salaam. Dalilnya adalah firman Allah Ta'ala.
" Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (QS. Al Ahzab:40). Rasulullah sholallahu 'alaihi wa salaam bersabda,
"Aku adalah penutup para Nabi, dan beliau berkata :' Tidak ada Nabi sesudahku". Hal ini melazimkan berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang lebih umum (yakni diutusnya Nabi) melazimkan berakhirnya yang lebih khusus (yakni diutusnya Rasul). Makna berakhirnya kenabian dengan kenabian Muhammad yakni tidak adanya pensyariatan baru setelah kenabian dan syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. (Al Irsyaad ilaa Shahiihil I'tiqaad hal 173). Buah Manis Iman yang Benar Terhadap Para Rasul Keimanan yang benar terhadap para Rasul Allah akan memberikan faedah yang berharga, di antaranya adalah: 1. Mengetahui akan rahmat Allah dan perhatian-Nya kepada manusia dengan mengutus kepada mereka para Rasul untuk memberi petunjuk kepada mereka kepada jalan Allah dan memberikan penjelasan kepada mereka bagaimana beribadah kepada Allah karena akal manusia tidak dapat menjangkau hal tersebut. 2. Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini. 3. Mencintai para Rasul,, mengagungkan mereka , serta memberikan pujian yang layak bagi mereka. Karena mereka adalah utusan Allah Ta'ala dan senantiasa menegakkan ibadah kepada-Nya sertamenyampaikan risalah dan memberikan nasehat kepada para hamba. (Syarhu Ushuuill Iman hal 36) Semoga Allah Ta'ala senantiasa menetapkan hati kita kepada keimanan yang benar. Washolallahu 'alaa Nabiyyina Muhammad.Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar